Jerman Berencana, Spanyol yang Menentukan; Kisah Pensiun Toni Kroos

Gemuruh dan sorak-sorai seisi stadion, tersimpan sebuah kisah pilu dari seorang gelandang yang telah mengukir sejarah sepak bola dunia. Toni Kroos, sosok yang selalu teguh dan penuh dedikasi, akhirnya harus menutup lembaran terakhir dalam karier gemilangnya.

Der Panzer berencana menyiapkan momen perpisahan manis Kroos dengan sepak bola, La Furia Roja yang menentukan nasibnya. Dunia sepak bola menanti dengan napas tertahan, menyaksikan momen yang tak terhindarkan itu. Seperti sebuah bab terakhir dalam novel epik, Kroos mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang telah membesarkannya dengan duka cita..

Meski Jerman berjuang habis-habisan untuk memaksakan perpanjangan waktu, harapan untuk menggapai kemenangan semakin tipis. Ketika adu penalti tampak menjadi jalan terakhir untuk menentukan nasib mereka, sebuah sundulan dari Mikel Merino menggetarkan jala gawang dan membungkam ribuan pendukung Jerman. Kroos, dengan mata yang penuh keteguhan, hanya bisa menggelengkan kepala, menerima kenyataan pahit itu.

Pria kelahiran Greifswald itu masih memiliki satu kesempatan terakhir. Dalam detik-detik yang menegangkan, ia mengayunkan umpan silang ke dalam kotak penalti, berharap dapat memperpanjang nafas perjuangan Jerman hingga adu penalti. 

Tendangan bebasnya jatuh dengan lembut ke dalam pelukan Unai Simón, kiper Spanyol yang tegar. Saat peluit akhir berbunyi, menandai bukan hanya akhir pertandingan, tetapi juga akhir dari karier seorang juara sejati.

Begitulah, eks gelandang Real Madrid meninggalkan lapangan hijau dengan kepala tegak, meski hatinya mungkin terluka. Sebuah akhir yang pahit, namun penuh martabat. Dalam keheningan yang mengikuti, dunia sepak bola mengenang seorang maestro yang telah memberikan segalanya, menutup buku karirnya dengan sebuah epilog yang penuh emosi dan penghormatan.

Gelandang legendaris itu masih memiliki satu kesempatan terakhir. Dalam detik-detik yang menegangkan, ia mengayunkan umpan silang ke kotak penalti, berharap memperpanjang nafas perjuangan Jerman. Namun, bola itu jatuh ke pelukan Unai Simón, kiper Spanyol yang tegar. Peluit akhir berbunyi, menandai bukan hanya akhir pertandingan, tetapi juga akhir dari karier seorang juara sejati.

Sejatinya eks pemain Bayern Munich pernah mengundurkan diri dari Timnas Jerman usai kalah dari Timnas Inggris 2-0 di Piala Eropa 2020. Pepatah bilang, mundur untuk maju kembali.

"Teman-teman, singkat, dan sederhana: Saya akan bermain untuk Jerman lagi mulai Maret," tulisnya lewat Instagram pribadi Kroos. Ya, Toni kembali ke Die Mannschaft untuk join di Euro 2024. 

Kroos pensiun dari sepak bola pada usia 34 tahun, setelah memenangkan 34 gelar. Bersama Bayern Munich, ia meraih sepuluh trofi, termasuk treble 2013. Ia juga menjadi bagian dari skuad Jerman yang memenangkan Piala Dunia 2014 di Brasil, sebelum bergabung dengan Real Madrid.

Di klub Spanyol itu, ia menambahkan 23 gelar lagi, termasuk enam kemenangan Liga Champions, mengukuhkan dirinya dalam sejarah bersama Ancelotti, Carvajal, Nacho, dan Modric sebagai pemain dengan kemenangan terbanyak di turnamen tersebut.

Di usia 34 tahun, Kroos meninggalkan sepak bola seperti yang selalu ia katakan, di puncak karirnya. Akhirnya memang pahit bagi seorang legenda seperti dia, tetapi bagaimanapun finalnya tidak dapat mengaburkan karier gemilang yang telah ia jalani. Kini, ia menggantungkan sepatunya. Sepak bola sudah merindukannya.